Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesut Mahakam yang Tak Bebas Berenang


Pesut Mahakam adalah sebutan bagi mamalia air tawar yang memiliki habitat asli di sepanjang sungai Mahakam di Provinsi Kalimantan Timur. 

Hewan ini jarang memunculkan dirinya di permukaan air karena takut pada aktivitas manusia dan arus kapal di sepanjang sungai Mahakam. 

Di Samarinda, pesut menjadi maskot andalan dan kebanggaan kota tepian tersebut. Namun sayangnya, keberadaan spesies ini makin terancam dari tahun ke tahun.

Sepanjang 2019, tercatat ada 14 kematian mamalia ini di sungai. Bangkai pesut ditemukan terjerat di jaring ikan, terluka di bagian badan atau ditangkap oleh masyarakat. Walaupun dianggap sebagai mahluk langka, namun perhatian pada keberlangsungan hidup pesut sangat kurang dari pemerintah dan masyarakat. Setiap tahun, 4 hingga 5 individu pesut ditemukan mati.

Seperti disebutkan sebelumnya, Pesut Mahakam adalah jenis mamalia air, bukan dari bangsa ikan. Mereka mendiami perairan sungai yang dangkal sebagai habitat. 

Kawanan pesut terdiri dari 5-6 individu yang lebih suka berenang di pinggir sungai atau muara sungai yang lebih berlumpur. Hal ini disebabkan sistem pernapasan mereka yang sama dengan paus, mereka harus menghirup oksigen di atas permukaan air.

Banyak masyarakat yang mengatakan, pesut lebih bebas berenang di hulu sungai Mahakam, sekitar daerah Kutai Barat dan Mahakam Hulu, karena daerah tersebut lebih damai dan tidak seramai sungai di tengah kota. 

Spesies ini terkenal di kalangan peneliti luar negeri sebagai Irrawaddy dolphin, sebab merupakan kerabat dekat dari spesies lumba-lumba.

Faktor Penyebab Pesut Mahakam Punah

Pesut telah dinyatakan sebagai hewan yang langka yang terancam punah karena populasinya tidak lebih dari 100 individu di sepanjang sungai Mahakam. Setidaknya ada dua faktor utama yang menyebabkan pesut jarang terlihat dipermukaan air atau bahkan mati di usia muda.



1. Polusi Suara

Seperti diketahui bahwa sungai Mahakam sebagai habitat asli pesut juga merupakan jalur transportasi kapal pengangkut ponton batubara. 

Ada ratusan kapal yang hilir mudik setiap haru dan menyebabkan polusi suara bagi pesut. Aktivitas pertambangan yang terjadi di sekitar sungai Mahakam menyebabkan populasi mamalia ini terganggu dan mudah membuat mereka stres. 

Seperti halnya lumba-lumba, pesut juga menggunakan sonar untuk berkomunikasi dan bergerak. Suara dari kapal penarik ponton dan hingar bingar aktivitas manusia di sepanjang sungai yang bising membuat pesut bermigrasi ke daerah yang lebih tenang. Sehingga jarang sekali pesut terlihat di sekitar daerah pertambangan yang dekat dengan sungai atau di sekitar pemukiman penduduk. 


2. Aktivitas Nelayan

Pesut suka berenang dan berada di pinggir sungai karena lebih dangkal dan mudah menghirup oksigen. 

Sayangnya, pinggiran sungai sering dijumpai jaring penangkap ikan dan pertambakan sehingga pesut yang berenang terjerat dan tidak dapat melepaskan diri. 

Pernah ditemukan bayi Pesut yang mati dalam keadaan badan membiru karena tersetrum oleh penangkapan ikan mengunakan setrum, atau mati karena ikut memakan racun yang digunakan untuk menangkap ikan.

Selain itu, Pesut juga memiliki tingkat iritabilitas yang tinggi. Saat sungai tercemar, maka tubuhnya akan gatal-gatal seperti manusia. 


3. Pakan Pesut yang Mulai Tidak Ramah

Pada tahun 1980-an, Pesut Mahakam masih sering terlihat di hilir sungai Mahakam. Sebab makanan mereka adalah ikan-ikan kecil. 

Namun semakin ke sini, ikan-ikan kecil mulai jarang di sungai tengah kota Samarinda sehingga Pesut pun tak nampak lagi. Akhirnya, Mereka bergeser ke hulu Sungai Mahakam untuk mencari makan. Sepanjang ada ikan-ikan kecil bertebaran di Sungai Mahakam, di situlah Pesut akan terlihat. 

Ya, minimnya pakan Pesut menjadi faktor utama kenapa Mamalia ini dikatakan hampir punah.

4. Ancaman Sampah Plastik

Yayasan Konservasi RASI meneliti salah satu penyebab Pesut Mahakam Punah ternyata dari aktivitas masyarakat itu sendiri. Di mana tidak adanya kesadaran dari warga untuk tidak membuang sampah rumah tangga sembarangan di kawasan yang menjadi habitat Pesut, tepatnya di kecamatan Muara Kaman, Kota Bangun, Muara Wis dan Muara Muntai. 

Ada 450 warga bertempat tinggal di rumah atas rakit di tiga kecamatan. Dan dari hasil penelitian dari RASI mengungkap rata-rata warga membuang 300 ribu sampah plastik ke sungai setiap tahunnya. 

Fakta Unik Pesut Mahakam 

Pesut Mahakam termasuk hewan langka yang seharusnya dibudidayakan. Nah, penting buat Anda mencari alasan kenapa populasi Pesut harus tetap dijaga. Berikut Fakta unik Pesut Mahakam yang harus diketahui. 


1. Tinggal Berkelompok

Pesut Mahakam bukanlah ikan. Lebih tepatnya Pesut merupakan Mamalia air yang hidup di sungai tawar dan di daerah tropis. 

Pesut juga dikatakan hampir sama dengan lumba-lumba yang suka tinggal berkelompok. Dalam satu kelompok berisi antara 3-6 Pesut. Meski berkelompok, Pesut juga dikatakan sebagai Mamalia yang pandai bersosialisasi dan cerdas. 


2. Ciri-Ciri Fisik Pesut Mahakam

Pesut Mahakam diklaim mampu bertahan hidup sampai umur 28 sampai 30 tahun. Memiliki nama latin Orcaella Brevirostis dengan panjang Pesut sekitar 1,46 m hingga 2,75 m. Sedangkan beratnya mencapai 114 sampai 143 kg. 

Dari segi fisik, Pesut Mahakam tidak memiliki paruh dan mempunyai leher yang fleksibel. Fleksibilitas di leher menunjukkan adanya lipatan di bagian belakang kepala. Sementara wajah dan kepala Pesut Mahakam menyerupai dengan Paus Beluga.


3. Perenang Lamban 

Pesut hanya mampu berenang sekitar 25 km/jam. Dan mampu menyelam hanya selama 30-60 detik atau bisa mencapai 12 menit jika Pesut mengalami ancaman. Inilah alasan kenapa Pesut dikatakan Perenang yang lamban.


4. Memiliki Penglihatan yang Buruk


Bentuk mata yang kecil membuat penglihatan Pesut tidak terlalu tajam. Sehingga Pesut tidak bisa beradaptasi di air tawar yang mengandung lumpur. 

Namun di balik kekurangan di bagian penglihatan, Pesut dikatakan sebagai hewan Mamalia yang ahli dalam mendeteksi serta menggunakan ultrasonik untuk memetakan situasi di sekitar. 

5. Satwa yang Dilindungi 

Internasional United of Conservation Nature dan Natural Resources (IUCN) menetapkan Pesut sebagai satwa kritis dan hampir punah. Sehingga keluar sebuah undang-undang nomor 5/1990 tentang keanekaragaman Hayati dan ekosistem menetapkan Pesut Mahakam menjadi satwa yang wajib mendapatkan perlindungan. 

Kesimpulan

Banyak peneliti dan pemerhati lingkungan yang menyayangkan menurunnya jumlah populasi pesut secara masiv. 

Gerakan menjaga sungai agar pesut dapat hidup dengan tenang terus digalakkan, namun aktivitas manusia di sepanjang siang Mahakam yang juga aktif menyebabkan pesut harus menyingkirkan diri ke hulu sungai. 

Namun bukan berarti populasi mereka terjaga dengan baik di sana, tetap ada kendala dan kesulitan untuk mamalia ini hidup dengan damai di habitat aslinya.

Semoga Pesut Mahakam tidak punah, agar anak cucu kita bisa melihat bagaimana lucunya saudara dekat lumba-lumba tersebut.